dc.description.abstract | Salah satu kekayaan alam Indonesia yang melimpah adalah kayu. Di antara banyak sumber daya alam Indonesia, kayu menonjol sebagai kandidat untuk aplikasi terkait konstruksi. Penggunaan kayu sebagai bahan bangunan sebaiknya memperhatikan kelebihan dan kekurangan bahan kayu sebelum digunakan untuk konstruksi. Namun, kini semakin sulit mencari dan membeli kayu berukuran besar yang berkualitas baik di pusat perbelanjaan, sehingga membuat harga kayu menjadi mahal. Untuk itu diperlukan upaya inovasi teknologi untuk menjaga ketersediaan kayu tanpa menimbulkan kerusakan hutan. Laminasi merupakan pilihan yang tepat untuk mengatasi permasalahan diatas. Beberapa negara maju terus menyempurnakan produk balok kayu laminasi dengan menggunakan jenis kayu berdiameter kecil berkualitas rendah.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisis dan perilaku mekanik dari kuat tarik dan lentur balok laminasi mahoni dan kayu kelapa asal Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur.Pengujian yang dilakukan meliputi beberapa pengujian antara lain uji kadar air, berat jenis, uji tarik dan kuat lentur pada balok glulam dengan menggunakan perekat epoksi. Hasil penelitian menunjukkan kayu mahoni dan kelapa berumur 15 dan 20 tahun, pada umur 15 tahun rata-rata kelembaban 13% dan 16%, kerapatan rata-rata 0,53 (ton/m3) dan 0,53 (ton/m3) dan 0,53 (ton/m3). m3) dan ton/m3). Sedangkan kadar air rata-rata dalam 20 tahun adalah 13-16%, kerapatan rata-rata 0,53 (ton/m3) dan 0,53 (ton/m3). Rata-rata kuat tarik full sheet kayu mahoni dan sabut kelapa adalah 71,46 MPa dan 88,88 MPa. Kuat lentur balok utuh dan glulam kayu mahoni dan kelapa pada umur 15 dan 20 tahun, diperoleh dari hasil laboratorium perhitungan SNI 7973-2013, kuat lentur rata-rata balok utuh selama 15 tahun adalah 75,00 MPa dan 77,08 MPa, pada umur 20 kuat lentur Balok glulam tertinggi adalah Varian 1 dan Varian 2 (Mahoni, Kelapa, Mahoni) dengan rata-rata masing-masing 64,58 MPa dan 52,08 MPa. | en_US |