dc.description.abstract | Sebagai asam trikarboksilat 2-hidroksi-1,2,3-propana (tata nama IUPAC), asam sitrat, sering disebut sitron, merupakan asam organik lemah dengan rumus kimia C6H8O7. Buah dan sayuran yang tinggi asam sitrat antara lain jeruk nipis, lemon, jeruk purut, nanas, dan jeruk nipis. Sasmita melaporkan, di Indonesia, bisnis makanan dan minuman memanfaatkan 65% asam sitrat, industri deterjen rumah tangga menggunakan 20%, dan 15% sisanya digunakan oleh sektor lain seperti tekstil, kosmetik, dan obat-obatan. Dalam upaya mencari bahan baku baru yang memberikan kadar asam sitrat maksimal, para peneliti sebelumnya telah melakukan berbagai hal untuk mendongkrak produksi asam sitrat di Indonesia. Karena aksesibilitasnya yang luas di seluruh negeri, molase dipilih sebagai bahan baku Pabrik Asam Sitrat yang telah dirancang sebelumnya, sesuai dengan tujuan proyek untuk mendiversifikasi dan meningkatkan nilai ekonomi produk molase.
Pra-desain pabrik asam sitrat ini diperkirakan berkapasitas 11.000 ton per tahun, dengan penekanan pada ketersediaan pasokan bahan baku molase di Provinsi Jawa Timur (khususnya Kabupaten Malang) pada tahun 2025. Pabrik asam sitrat beroperasi 300 hari dalam setahun menurut dengan rencana metode produksi satu hari. Asam sitrat dibuat melalui proses yang disebut fermentasi terendam. Fermentor jenis Aspergillus niger digunakan. Asam sitrat diproduksi melalui beberapa tahap, termasuk pengolahan awal, fermentasi, pengembangan jamur, pemrosesan produk, dan pengemasan.
Penjenuhan dan kristalisasi larutan asam sitrat dilakukan dengan peralatan proses yang dikenal sebagai tangki pemutih, yang memiliki laju massa masuk sebesar 6255,7754 kg/jam. Berdasarkan parameter berikut, penilaian ekonomi pra-desain pabrik asam sitrat berbasis molase layak untuk dibangun: Pay Out Time (POT) = 1,19 tahun, Break Event Point (BEP) = 41,21%, Internal Rate of Return ( IRR) = 18,59%, Pengembalian Investasi (ROIbt) = 79%, Pengembalian Investasi (ROIat) = 71%. | en_US |