Penyakit mental masih cukup umum, terutama yang berkaitan dengan persepsi sensorik, dan dapat menjadi lebih umum jika tidak ditangani dengan tepat. Halusinasi merupakan salah satu bentuk gangguan persepsi sensorik yang dapat membahayakan lingkungan, orang lain, dan diri sendiri. Dalam penelitian ini, Puskesmas Bantur di Kabupaten Malang akan menunjukkan bagaimana teknik teguran terhadap individu dengan gangguan persepsi sensorik diterapkan. Studi kasus halusinasi pendengaran yang melibatkan tiga klien dewasa dimasukkan dalam desain penelitian. Halusinasi pendengaran, suatu defisit persepsi sensorik, merupakan masalah keperawatan utama yang teridentifikasi. Strategi implementasi (SP 1) yang ditawarkan sebagai intervensi adalah teguran halusinasi. Pasien menunjukkan gejala-gejala seperti kesulitan fokus, sering melirik ke arah tertentu, dan kontak mata yang buruk sebelum intervensi. Setelah intervensi, pasien menunjukkan kemampuan untuk secara mandiri melakukan pendekatan teguran dan mengidentifikasi jenis, frekuensi, waktu, dan isi halusinasi. Temuan ini menunjukkan bahwa pengendalian halusinasi pada pasien dapat dicapai melalui asuhan keperawatan yang mencakup pendekatan teguran. Disarankan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan mental di pusat kesehatan masyarakat, terutama dalam hal menangani masalah persepsi sensorik.