Representasi Ketidaksetaraan Gender Pada Film Keluarga Cemara
Abstract
Film merupakan media yang berpengaruh untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Film memiliki sifat audio visual yang mudah di cerna. Hubungan masyarakat dan film dipahami secara linier artinya film mampu mempengaruhi penonton dengan pesan dibalik. Film Keluarga Cemara menceritakan kehidupan keluarga yang dimana seorang Ayah yang lebih diutamakan dibandingkan seorang ibu dalam keluarga. Film ini merupakan film adaptasi dari film serial televisi pada tahun 90-an hingga awal tahun 2000-an karya dari Arswendo Atmowiloto. Film keluarga diproduksi kembali dengan beberapa perubahan yang mengikuti perkembangan zaman yang disutradarai oleh Yandy Laurens. Penayangan perdana Film Keluarga Cemara pada saat Festival Film tahunan Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) yang digelar 27 November - 4 Desember 2018 dan Tayang serempak di bioskop seluruh Indonesia pada 3 Januari 2019, dan lebih dari 1,7 juta penonton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi ketidaksetaraan gender pada film Keluarga Cemara. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dan analisis teori Roland Barthes. Penelitian ini menemukan symbol dari bentuk-bentuk ketidaksetaraan gender yaitu marginalisasi yakni Abah sebagai kepala keluarga mempunyai hak penuh di sektor publik dan Emak hanya mengurus sektor domestik. Bentuk subordinasi yakni Abah sebagai pemimpin keluarga sehingga peran Emak hanya sebagai jenis kelamin kedua. Bentuk stereotip sosok Abah yang kuat dan sosok Emak lemah sehingga bergantung pada Abah. Bentuk beban ganda ketika Abah sakit sehingga tokoh Emak yang bekerja mencari uang untuk ekonomi keluarga walaupun dalam keadaan hamil.
Collections
- Skripsi [178]