Pengaruh Lokasi Terhadap Keragaman Morfologi Klon-Klon Ubi Jalar
Abstract
Tanaman.ubi jalar mempunyai kemampuan adaptasi yang luas, dan bisa berkembang dengan bagus pada keadaan lokasi yang kurang subur. Perbedaan kondisi lahan pada agroekosistem lahan sawah dan lahan kering terletak pada antara lain ketersediaan air dan kadar bahan organik tanah. Perbedaan kondisi agroekologi tersebut apakah berpengaruh terhadap keragaan morfologi ubi jalar perlu dievaluasi pada kedua lokasi penelitian.
Penelitian dilaksanakan di dua lokasi, pertama di lahan sawah dan kedua di lahan kering. Lokasi pertama dilaksanakan di.Desa.Wringisongo.Kecamatan.Tumpang,.Kabupaten Malang yang berada pada ketinggian ± 600 m dpl untuk mewakili lahan sawah; lokasi kedua dilaksanakan di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang, berada.pada ketinggian ± 321 m dpl untuk mewakili kondisi lahan kering. Rancangan percobaan Acak Kelompok dengan tiga ulangan dikerjakan untuk kedua lokasi. Petak percobaan di lokasi pertama berukuran 3m x 2.5m, sedangkan di lokasi kedua berukuran 3m x 5m. Populasi tanaman pada petak percobaan di lokasi pertama sebanyak 24 stek dan di lokasi kedua sebanyak 48 tanaman. Pupuk NPK Ponska dan KCl masing-masing dengan dosis 300 kg Ponska/ha dan 100 kg KCl/hektar diberikan dua kali untuk kedua lokasi, pertama pada umur 7 hari setelah tanam (hst) dan kedua pada 45 hst, masing-masing sebanyak 100 kg Ponska + 30 kg KCl/ha dan 200 kg Ponska dan 70 kg KCl/ha. Perbedaan waktu tanam dikerjakan antar kedua lokasi dengan pertimbangan kemudahan teknis pelaksanaan di lapangan, terutama untuk kegiatan pengamatan variabel-variabel morfologi tanaman serta waktu tanam dan umur panen. Variabel pengamatan dikerjakan pada karakter morfologi maupun agronomi. Karakter morfologi yang diamati meliputi panjang umbi, diameter umbi, bobot per umbi, bentuk umbi dan warna daging dan kulit umbi. Karakter agronomi juga diamati sebagai pelengkap, meliputi jumlah umbi, bobot umbi, bobot brangkasan, % Bobot kering umbi dan brangkasan, bobot kering umbi daan brangkasan, serta indeks panen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaan morfologi umbi dari tanaman yang ditanam di lahan sawah lebih besar dibandingkan di lahan kering. Ukuran umbi yang dihasilkan dari kedua klon (BIS OP-61-OP-37 dan BIS OP-61-♂-8), baik yang berukuran besar dan sedang dari tanaman di lahan sawah masing-masing berkisar antara 252.87 – 280.67 g/umbi dan 113.56 – 167.12 g/umbi, sedangkan dari klon-klon yang sama yang ditanam di lahan kering pada umbi berukuran besar berkisar antara 201.50 – 216.78 g/umbi dan yang berukuran sedang berkisar antara 105.67 – 110.67 g/umbi. Umbi yang berukuran besar dari kedua klon yang ditanam di lahan sawah menunjukkan ukuran yang lebih tinggi dibandingkan dari ukuran umbi dari kultivar kontrol (Beta 2), sedangkan yang ditanam di lahan kering keragaan ukuran umbi lebih kecil dibandingkan dengan kultivar kontrol (Beta 2). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lokasi budidaya antara lahan sawah dan lahan kering dapat mempengaruhi morfologi umbi klon-klon ubijalar. Lahan sawah mampu menghasilkan ukuran ukuran umbi yang lebih besar dibandingkan lahan kering.
Collections
- Skripsi [201]