dc.description.abstract | Bagi orang Indonesia, nasi adalah kebutuhan karena memberikan energi dan karbohidrat yang mereka butuhkan. Masalah saat ini termasuk keasaman dan kekurangan unsur hara di tanah sawah. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas tanah dan unsur hara yang dapat diambil darinya adalah penggunaan bahan tambahan tanah seperti biochar. Pembakaran yang tidak sempurna atau pirolisis biomassa pertanian, yang merupakan limbah organik, menghasilkan biochar, suatu padatan dengan kandungan karbon tinggi. Pembagian pengaturan juga penting sepanjang waktu yang dihabiskan untuk menanam tanaman padi, selain penggunaan arang. Untuk populasi semua tanaman, jarak tanam sangat penting. Untuk memaksimalkan pengembangan dan produksi tanaman padi, serta dosis arang asam humat, jarak tanam dan dosis biochar yang ideal harus ditentukan. Di Karangploso, Desa Ngenot, Kabupaten Malang, penelitian ini dilakukan selama lima bulan dari Maret hingga Juli 2022. Penelitian Rancangan Acak Kelompok (RAK) dua faktor ini meliputi tiga ulangan. Biochar humat (B), sering dikenal sebagai B0, digunakan: B1: 10 ton per hektar digunakan sebagai kontrol (tidak ada humat biochar), diikuti oleh B2 dan B3. Ruang antar tanaman (J), J1: 20 x 20, J2: 20 x 30, adalah komponen kedua. Terapi ini digabungkan untuk membuat total delapan perawatan berbeda. Sebanyak 24 percobaan menggunakan ubin 8 x 3 dilakukan, dengan tiga tanaman berlubang untuk setiap perlakuan. Metrik seperti tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, jumlah anakan, umur berbunga, berat gabah per bedengan, dan berat gabah per seribu butir dicatat. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan nyata pada perkembangan tanaman, jumlah daun, lebar batang, berat gabah per bedengan, atau perlakuan dengan berat 1000 butir pada biochar humat korosif dan terjaminnya distribusi beras. Penggunaan biochar humat dan pemilihan pemisahan berdampak pada jumlah inverter, dan pemberian biochar dan pemilihan pemisahan berdampak pada luas batang tanaman padi. | en_US |