Meskipun tanaman selada sudah lama dikenal masyarakat setempat, namun pengembangannya kurang memadai. Eksplorasi ini diarahkan pada bulan Desember – Januari 2023 di sublokal Dau, Kota Gading Kulon dengan ketinggian 700m diatas permukaan laut. Motivasi di balik penelitian ini adalah untuk menentukan dampak NPK kotoran sapi dan kotoran mutiara pada kegiatan pergantian dan pembuatan tanaman selada. Eksplorasi ini diarahkan pada bulan Desember – Januari 2023 di Kota Malang Sub Kawasan Dau Kota Gading Kulon dengan ketinggian 700m atas permukaan laut. RBD terdiri dari 2 faktor, 3 ulangan, dan variabel utama kotoran sapi dan unsur berikutnya adalah pupuk NPK mutiara. Unsur utamanya adalah kompos sapi ada 3 macam yaitu K1 = 5 tonnes/ha, K2 = 10 tonnes/ha, dan K3 = 15 tons/ha.. Unsur selanjutnya adalah anakan NPK Mutiara yang terdiri dari tiga tingkat Kadar N1 lebih rendah dari kadar N2 dan N3. Faktor yang dilihat dalam penelitian ini adalah tingkat karakteristik tanaman seperti luas daun, jumlah daun, bobot tanaman baru, dan beban kering merupakan hal yang penting. Konsekuensi tinjauan Organisasi kompos sapi pada dasarnya mempengaruhi tingkat tanaman, jumlah daun dan beban kering tanaman selada. Kotoran sapi dengan porsi 5 t/ha memang luar biasa. Penggunaan kompos NPK mempengaruhi tingkat tanaman, jumlah daun, bobot baru dan efisiensi. Porsi NPK sebesar 450 kg/ha sangat baik untuk meningkatkan beban basah dengan rata-rata 27,25 g.