Pengaruh Perbandingan Produksi Tanaman Apel (Malus Sylvestris Mill) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Kota Batu dan Kabupaten Malang
Abstract
Apel merupakan tanaman unggulan di Jawa Timur, khususnya di Malang dan Kota Batu. Terlepas dari kenyataan bahwa apel bukan buah alami Indonesia, Provinsi Jawa Timur menghasilkan 515.619 ton apel pada tahun 2020. Malang, khususnya Kota Batu, terkenal sebagai salah satu penghasil apel utama di Indonesia. Tumbuhan ini asli Asia Barat Daya, namun Indonesia belum banyak menghasilkan spesies baru. Pupuk organik dan anorganik seperti kotoran sapi dan pupuk kimia seperti Za dan Phonska digunakan dalam pemupukan untuk meningkatkan kualitas dan produksi pertanian. Peningkatan kandungan nutrisi tanah, struktur tanah yang lebih baik, dan lebih banyak penyerapan air semuanya dimungkinkan dengan pupuk organik. Tujuan penelitian ini adalah untuk memastikan dampak relatif produksi tanaman apel yang bergantung pada ketinggian tempat penelitian. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif karena menggunakan data numerik. Desa Bumiaji yang memiliki luas 478,88 Ha (9,1 km2) dan terletak di utara Kota Batu pada ketinggian 850-1.400 m di atas permukaan laut (dpl), merupakan bagian dari lokasi penelitian. Data yang akan dievaluasi dalam penelitian ini dikumpulkan langsung dari 6 kelompok tani di Kota Batu dan Kabupaten Malang untuk mengetahui hasil produksi apel. Desa Poncokusumo terletak di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, 700–1300 meter di atas permukaan laut. Uji-T sampel independen adalah salah satu metode untuk menentukan apakah hipotesis penelitian itu sah. Temuan menunjukkan bahwa Kabupaten Malang biasanya memiliki ketinggian yang lebih rendah dari Kota Batu. Perubahan ketinggian tidak memengaruhi keluaran Apple secara signifikan.
Collections
- Skripsi [201]