Di Indonesia, tanaman kentang saat ini menjadi salah satu sayuran unggulan yang dibudidayakan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan permintaan kentang setiap tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan pendapatan, perubahan pola makan konsumen makanan cepat saji, dan perluasan industri pengelolaan kentang. Dari tahun 2014 hingga 2017, terjadi fluktuasi yang konstan pada produksi, luas, dan produktivitas kentang di Indonesia. Dengan produktivitas sebesar 17,66 ton/ha, lahan seluas 76.291 hektar menghasilkan output sebesar 1.347815,1 ton pada tahun 2014. Pada tahun 2015, lahan seluas 66.983 hektar menghasilkan 1.219.269,7 ton dengan rendemen 18,20 ton/ha. Pada tahun 2016 luas lahan 66.450 ha dan produksi 1.213.038,4 ton dengan produktivitas 18,25 ton/ha. Lahan seluas 76.611 hektar dengan produktivitas 15,40 ton/ha menghasilkan produksi 1.164.738,1 ton pada tahun 2017. Berdasarkan hasil penelitian usahatani kentang yang dilakukan di Kecamatan Bumiaji Desa Sumber Brantas didapatkan kesimpulan bahwa. Pendapatan usahatani kentang pemilik pada usahatani kentang adalah sebesar Rp. 331.548.800/Ha dengan rata-rata pendapatan Rp. 13.261.952/Ha, dan total pendapatan petani sewa adalah sebesar Rp. 179.377.903/Ha dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 11.572.768/Ha, sedangkan total pendapatan petani penggarap adalah sebesar Rp. 110.948.136/Ha dengan pendapatan rata-rata sebesar Rp. 10.086.194/Ha. Total pendapatan ini adalah pendapatan yang telah diolah peneliti yang berada di Desa Sumber Brantas Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Usahatani kentang di Desa Sumber Brantas dari hasil penelitian, usahatani tersebut pada petani pemilik, sewa dan penggarap layak diusahakan.