Respon Pemberian Pupuk Pgpr (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dan Kotoran Kambing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Buncis
Abstract
Buncis merupakan salah satu tanaman sayuran yang cukup populer di kalangan masyarakat Indonesia karena bermanfaat bagi tubuh karena manfaat gizinya yang tinggi serta dapat dikonsumsi sebagai sayuran hijau. Upaya untuk meningkatkan produksi kacang-kacangan adalah dengan menyediakan kompos yang layak dan sesuai dengan kebutuhan tanaman kacang-kacangan. Perawatan tanaman adalah metode yang melibatkan penambahan suplemen miniatur dan skala penuh untuk menabur benih dan mengembangkan lebih lanjut desain tanah serta membantu memperluas perkembangan dan hasil tanaman. Masalah mendasar yang dihadapi dalam budidaya adalah bahwa tanah dipenuhi dengan sifat asam dan juga miskin nutrisi. meningkatkan efisiensi kacang-kacangan melalui pengembangan pertanian dengan meningkatkan sumber daya masyarakat yang melimpah, misalnya, memperoleh tanaman kacang-kacangan yang ideal untuk mengatasi permasalahan pangan, khususnya kebutuhan protein nabati. Perlakuan PGPR dan kotoran kambing mampu menurunkan pertumbuhan tanaman kacang-kacangan. Maksud dari kajian ini adalah untuk memutuskan dan memusatkan perhatian pada ada tidaknya kerjasama antara porsi pemberian kompos PGPR dan pupuk kambing pada tanaman kacang-kacangan. Mengetahui dan mengkaji dampak pemberian kompos PGPR dan kotoran kambing terbaik terhadap perkembangan dan hasil kacang. Pemeriksaan ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktorial yang diulang beberapa kali (3 kali redundansi). Unsur utamanya adalah kompos P (PGPR) dan komponen selanjutnya adalah kompos K (Kotoran Kambing). Variabel utamanya adalah kompos PGPR, yaitu: P0 = (Kontrol) ml/liter air, P1 = 7,5 ml/liter air, P2 = 15 ml/liter air, P3 = 22,5 ml/liter air. Unsur selanjutnya adalah pupuk kambing K yaitu: K0 = 0 ton/ha (kontrol), K1 = 10 ton/ha (120 gram/tanaman), K2 = 20 ton/ha (240 gram/tanaman). Berdasarkan faktor perlakuan, terdapat 12 campuran perlakuan yang diulang berkali-kali sehingga terdapat 36 unit eksplorasi. Setiap unit eksplorasi terdapat 2 tanaman uji, sehingga seluruhnya terdapat 72 tanaman uji. Jumlah mutlak tanaman yang akan ditata adalah 100 tanaman.
Komunikasi antara campuran perlakuan PGPR dan kompos kambing secara mendasar mempengaruhi batas tingkat tanaman pada umur 7 tahun hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst dan 35 hst. Sementara itu, wilayah daun pada umur 21 tahun, 28 hari, dan 35 hari, serta batas wilayah daun terjadi pada umur 28 tahun. Pemberian kompos PGPR dan kotoran kambing dengan porsi perlakuan PGPR 22 ml/liter air + Kotoran Kotoran Kambing 20 ton/ha sangat berdampak terhadap pertumbuhan dan hasil biji pada batas tingkat tanaman, luas daun, bobot baru brangkasan dan produksi.
Collections
- Skripsi [201]