Hubungan Antara Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Tebu Dengan Tingkat Produksi, Tingkat Rendemen, Dan Tingkat Keuntungan
Abstract
Mengingat rendemen sangat penting dalam proses penyediaan gula maka dalam usahatani tebu petani dan pabrik gula harus mengamankan kadar rendemen, sehingga semakin besar rendemen maka semakin besar gula yang dihasilkan semakin besar, otomatis keuntungan kedua pihak juga besar. Namun kendala yang sering terjadi dalam industri gula saat ini adalah rendahnya produktivitas tebu. Nilai produktivitas yang minim ini dicirikan oleh menurunnya bobot tebu dan rendemen. Berdasarkan hal ini penelitian diperlukan evaluasi lahan untuk menentukan dan mengetahui kemampuan suatu lahan dapat mendukung produktivitas tanaman tebu terlebih khusus daerah penelitian tersebut. Melalui evaluasi lahan potensi dan kendala penggunaan lahan tanaman tebu dapat mengetahui permasalahan sejak awal penggunaan lahan sehingga berikutnya dapat mengelola lahan lebih baik, sehingga terarah dan sesuai dengan hasil produksi dan keuntungan yang diperoleh. Parameter pengamatan survey lapangan dilakukan untuk mengamati langsung kondisi lahan di lapangan dan mengambil sampel tanah dari pemboran bertujuan untuk mengumpulkan data kualitas lahan. Penelitian lapangan meliputi pengamatan karakteristik tanah dan pengambilan contoh tanah. Wawancara adalah metode pengumpulan data yang berupa tanya jawab secara sistematis yang berlandaskan tujuan penelitian. Wawancara ini suatu proses interaksi dan komunikasi untuk melengkapi data.
Hasil penelitian Berdasarkan hasil perbandingan kelas fisik yang menggunakan kriteria Djaenudin et al. (2003) dengan kelas produksi brangkasan, kelas produksi gula dan kelas fisik cukup sesuai dan layak untuk membudidayakan tanaman tebu dari SPL 1 Kecamatan Bululawang, SPL 2 Kecamatan Kepanjen dan SPL 3 Kecamatan Bantur menghasilkan keseimbangan antara kelas fisik, kelas produksi brangkasan dan kelas produksi gula. Sedangkan kelas fisik yang menggunakan kriteria FAO (1983) kelas produksi brangkasan, kelas produksi gula dan kelas fisik sesuai marjinal dari SPL 1 Kecamatan Bululawang, SPL 2 Kecamatan Kepanjen dan SPL 3 Kecamatan Bantur. Kelas fisik dalam penilaian kelas kesesuaian lahan menjadi indikator penting dalam mendukung produksi brangkasan tanaman tebu dan produksi gula. Sehingga kelas fisik akan berbanding lurus dengan kelas produksi brangkasan dan produksi gula. Dimana semakin sesuai kelas fisik maka kelas produksi brangkasan dan kelas produksi gula juga semakin sesuai. Berdasarkan tabel diatas penilaian kelas fisik Djaenuddin et al. (2003) lebih seimbang dengan kelas produksi brangkasan dibandingkan kelas FAO (1983). Hal ini disebabkan bahwa dalam kriteria penilaian kelas kesesuaian lahan FAO (1983) menggunakan kriteria lebih komplek dengan memasukkan ketersediaan unsur hara sebagai parameter.
Collections
- Skripsi [201]