Penggunaan Daun Indigofera Dalam Pakan Konsentrat Dengan Tingkat Protein Yang Berbeda Terhadap Konsumsi Berat Hidup Dan Berat Non Karkas Pada Kelinci New Zealand White
Abstract
Kelinci mengkonsumsi hijauan dan pakan konsentrat (Lestari, 2004). Kelinci memakan sisa-sisa sayuran, seperti kangkung, sawi, ujung wortel, dan kol. Di gedung baru, ada mengais makanan kelinci. Setelah kelinci berumur 5–12 minggu, kemampuan kelinci untuk metabolisme serat dan lemak yang belum diproses meningkat. Kandungan protein tanaman Indigofera zollingeriana berkisar antara 22 hingga 29%, tetapi kandungan serat (NDF) seringkali rendah, berkisar antara 22 hingga 46% (Hassen et al., 2007). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana daun indigofera (Indigofera zollingeriana) digunakan dalam pakan konsentrat dengan kandungan protein yang berbeda. Dari Oktober hingga November 2022, banyak waktu dihabiskan untuk melakukan penelitian ini. Winarto. Waktu untuk penelitian. Jenis kandang yang digunakan adalah kurungan baterai yang terbuat dari kayu yang dapat menampung hingga 20 buah dan berukuran 50 x 50 x 50. Di bawah kurungan kelinci terdapat tempat bangku yang juga terbuat dari lembaran kayu. Alat tempat pakan dan air minum pada setiap kandang dengan Setiap dengan sebanyak 20 unit. Ketinggian 30 cm di atas tanah digunakan untuk memasang kandang. Penelitian ini menggunakan ternak kelinci New Zealand White sebanyak 20 ekor umur 3 bulan yang terdiri dari kelinci jantan dengan berat yang seragam kemudian dipelihara selama 45 hari. Pakan yang digunakan selama penelitian berupa hijauan cinderella, dan pakan konsentrat adalah jagung giling, bungkil kedelai, bungkil kelapa, kulit kopi, mineral, molasses, dan garam ditambahkan indigofera dalam bentuk tepung. Pakan konsentrat diberikan sebanyak 8% bahan kering (BK) dari bobot hidup. Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi hari pukul 8:00–09:00 pemberian konsentrat dan selanjutnya pemberian hijauan pada pukul 16:00–17:00 Wib. Pemberian air minum dalam penelitian ini secara ad-libitum, disesuaikan dengan kebutuhan kelinci. Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan (P1: Pakan basal + konsentrat PK 13% dengan daun indigofera 5%, P2: Pakan basal + konsentrat PK 15% dengan daun indigofera 10%), P3: Pakan basal + konsentrat PK 17% (dengan daun indigofera 15%), P4: Pakan basal + konsentrat PK 19% dengan daun indigofera 20% dan total ada 20 unit. Variabel yang diamati adalah berat hidup dan berat non karkas. Data yang diperoleh secara statistik dianalisis menggunakan analisa ANOVA (Analisis of Varian) dengan standar error 5% (0,05). Apabila hasil sidik ragam menunjukkan hasil berbeda nyata ( P < 0,05 ) maka di lanjut dengan analisa uji beda nyata jujur (BNJ) untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa penggunaan daun indigofera SP dalam pakan konsentrat dengan tingkat protein yang berbeda dengan level yang 13%-19% memberikan hasil yang baik, bobot hidup P2=1920,00 ± 286,36 gram/ekor dan bobot non karkas pada P1= 669,00 ±123,42 gram/ekor , rataan bobot kepala P2 = 449,40 ± 53,61 gram/ekor , rataan bobot darah P3 = 71,40 ± 6,47 ml, rataan bobot kulit P1 = 250,97 ± 30,84, rataan bobot tulang P4= 267,20 ± 31,95 gram terhadap terdapat pada perlakuan 1 (P1) dan perlakuan 4 (P4) dengan level 5% - 19% . Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat disarankan bahwa tepung daun indigofera pada level 20% dapat diaplikasikan ternak kelinci untuk meningkatkan konsumsi pakan pada bobot potong dan menurunkan berat non karkas.
Collections
- Skripsi [229]