dc.description.abstract | Sawi pakcoy (Brassica rapa subs. chinensis) adalah suatu komoditas sayuran yang memiliki nilai jual yang tinggi. Dilihat dari segi klimatologi, teknik dan ekonomi sosial juga mendukung, sehingga layak diusahakan di Indonesia. Sayuran ini adalah salah satu jenis sayuran yang diminati oleh kalangan masyarakat, tanaman sawi pakcoy mengandung vitamin A, B dan C yang tentunya bagus untuk kesehatan tubuh (Fuad, 2010). Pertumbuhan produksi sawi pakcoy mengalami penurunan, khususnya di Indonesia.
Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) adalah kelompok sayuran musiman yang tidak membutuhkan areal yang luas untuk budidayakan, sehingga dapat dibudidayakan menjadi tanaman pekarangan. Tanaman kangkung darat ini mengandung vitamin A, B, C, fosfor, asam amino,dan kalsium (Rukmana, 1995). Meningkatnya penggunaan pupuk kimia di Indonesia menyebabkan kerusakan lahan pertanian, akibatnya menimbulkan hasil produksi sayur kangkung darat menurun.
Penelitian bertempat di Kelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Penelitian dilangsungkan selama empat bulan, dari bulan 3 – 7 tahun 2020. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dosis Biohumat (Biochar dan Asam Humat) (D) terdiri dari 4 tingkat D0 = Kontrol (tanpa biohumat) D1 = Dosis 22,5 ton/ha (112,5 g/tanaman) D2 = Dosis 45 ton/ha (225 g/tanaman) D3 = Dosis 67,5 ton/ha (337,5 g/tanaman) Pada tanaman Sawi pakcoy dan Kangkung darat.
Peneliti dapat disimpulkan bahwa pemberian biohumat dengan dosis 112,5 g/tan sudah mampu meningkat pertumbuhan hasil produksi tanaman kangkung darat maupun tanaman sawi dibandingkan kontrol dan dosis yang lebih tinggi. Pemberian biohumat 112,5 g/tan menghasilkan berat basah panen tanaman kangkung darat 82,33 g/tan lebih tinggi 68 % dibandingkan dengan kontrol dan berat basah panen tanaman sawi 45,67 g/tan lebih tinggi 32% dibandingkan kontrol. | en_US |