dc.description.abstract | Tahu merupakan komoditas produksi lokal yang dibuat dengan mengubah kacang kedelai menjadi makanan olahan yang dapat dimakan oleh masyarakat umum. Perkembangan industri tahu tersebut memberikan dampak positif terhadap konsumsi tahu per kapita per minggu maupun per tahun, namun munculnya limbah usaha tahu pada setiap aktivitas industri sulit untuk dihindari dan juga membutuhkan biaya yang sangat besar bagi suatu industri untuk melakukan pengolahan. Baik limbah cair (sisa sari tahu) maupun sampah padat (ampas tahu) dihasilkan selama proses produksi tahu. Sampah ini akan mencemari lingkungan jika tidak dikendalikan dengan baik. Maggot merupakan pilihan lain yang dapat menjadi cara untuk mengurangi limbah dari sisa tahu padat tanpa menyebabkan kerusakan pada lingkungan. Larva lalat tentara hitam disebut maggot (BSF). Pemanfaatan maggot berkontribusi secara signifikan terhadap pengurangan limbah organik. Lebih jauh, limbah organik yang dicerna dari larva maggot dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai pupuk organik, yang meningkatkan kemungkinan maggot dapat digunakan sebagai pupuk. Penelitian ini berupaya untuk memastikan perkembangan maggot dari pemecahan ampas tahu serta jumlah N, P, dan K dalam limbah maggot atau limbah organik yang dihasilkan dari pemecahan ampas tahu.
Penelitian ini dilaksanakan di Grand Larva yang beralamat di Jl. Joyogrand Kavling Depag 2 No. 52, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, pada bulan Maret dan April 2024. Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial yang digunakan adalah dua unsur utama. Jenis ampas tahu sebagai faktor pertama (K) adalah K1 (2 kg ampas tahu segar) dan K2 (2 kg ampas tahu fermentasi). Jumlah telur BSF yang terdiri dari M1 (1 gram), M2 (1,5 gram), dan M3 (2 gram) merupakan faktor kedua (M). Faktor yang diamati adalah analisis kandungan N, P, dan K pada limbah organik maggot serta pertambahan berat maggot.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan K2M3 (Ampas tahu fermentasi 2 Kg dan telur BSF 3 gram) menghasilkan berat maggot sebesar 395,33 gram. Perlakuan K1M1 (Ampas tahu segar 2 kg dan telur BSF 1 gram) menghasilkan kandungan n sebesar 6,48 %. Perlakuan K2M1 (Ampas tahu fermentasi 2 kg dan telur BSF 1 gram) menghasilkan kandungan hara phospor sebesar 0,10%. Dan perlakuan K2M2 (Ampas tahu fermentasi 2 Kg dan telur BSF 2 gram) menghasilkan rata-rata kandungan kalium tertinggi sebesar 1,61%. Kandungan hara Nitrogen, Phospor dan Kalium sudah memenuhi syarat SNI 19-7030-2004. Analisis kelayakan usaha maggot dan limbah organik maggot dianalisis berdasarkan perlakuan terbaik yaitu perlakuan K2M3 (Ampas tahu fermentasi 2 kg dan 2 gram) dengan karakteristik pada analisis ekonomi maggot yaitu terdapat nilai produksi lebih besar dari nilai BEP Produksi (9.360 unit > 2.858 unit), harga lebih besar dari BEP harga (Rp. 15.311 > Rp. 1.923) dan nilai penerimaan lebih besar dari BEP penerimaan (Rp. 143.310.960 > Rp. 43.762.813) dan nilai R/C yaitu 1,40>1, maka usaha tersebut layak untuk diusahakan. Sedangkan pada analisis ekonomi limbah organik maggot terdapat nilai produksi lebih besar dari nilai BEP Produksi (18.720 unit > 5.716 unit), harga lebih besar dari BEP harga (Rp. 7.656 > Rp. 961) dan nilai penerimaan lebih besar dari BEP penerimaan (Rp. 143.320.320 > Rp. 43.758.723) dan nilai R/C yaitu 1,40>1. | en_US |