dc.description.abstract | Tepung terigu yaitu tepung yang diperoleh dari hasil penggilingan biji gandum yang kemudian dilakukan penghalusan. Indonesia masih menggunakan tepung terigu yang diimpor dari negara lain. Menurut APTINDO peningkatan volume impor tepung terigu tahun 2017 meningkat 9% menjadi 11,48 juta ton dari tahun sebelumnya. Impor gandum yang terbesar dari Australia yaitu 3,5 juta ton atau sebesar 33% dari total (BPS, 2017). Untuk menurunkan ketergantungan pada tepung terigu, maka perlu adanya pemanfaatan tepung umbi lokal salah satunya adalah talas dan jagung pulut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan proporsi terbaik tepung umbi talas, tepung jagung pulut, dan konsentrasi sodium bikarbonat dalam pembuatan stik dan menganalisis kelayakan usaha pembuatan stik tepung umbi talas, tepung jagung pulut, dan konsentrasi sodium bikarbonat. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) secara faktorial dengan 2 faktor. Faktor I yaitu perbandingan tepung talas dan tepung jagung pulut. Faktor II yaitu penambahan konsentrasi sodium bikarbonat. Berdasarkan hasil penelitian perlakuan terbaik terdapat pada proporsi tepung talas 50% dan tepung jagung pulut 50%, dengan penambahan sodium bikarbonat pada konsentrasi 0,50%. Analisis kelayakan usaha menunjukkan bahwa pembuatan stik tepung talas dan tepung jagung pulut layak diusahakan dengan nilai HPP Produksi sebesar Rp. 1.995 dengan harga jual Rp. 2.294 per 50 gram. Dengan BEP unit sebesar Rp. 22.346 selama 5 tahun produksi, sedangkan BEP harga yaitu Rp. 39.294. NPV sebesar Rp. 86.963. Nilai Net B/C yaitu sebesar 3,41dengan R/C Ratio diperoleh sebesar 1,15. Nilai IRR sebesar 21%, dengan Payback Period stik tepung talas dan tepung jagung pulut yaitu 0,33 | en_US |