Show simple item record

dc.contributor.authorAbuk, E
dc.contributor.authorAhmadi, KGS
dc.contributor.authorTantalu, L
dc.date.accessioned2023-11-23T02:59:59Z
dc.date.available2023-11-23T02:59:59Z
dc.date.issued2023-11-29
dc.identifier.urihttps://rinjani.unitri.ac.id/handle/071061/3391
dc.description.abstractGaram adalah substansi padat berbentuk kristal putih yang berasal dari proses pengeringan air laut. Proses ini menghasilkan kristal mineral yang memiliki rasa asin khas. Pengolahan garam dapat dilakukan dengan metode tradisional atau modern. Pendekatan modern seringkali dilakukan oleh perusahaan besar menggunakan teknologi evaporasi untuk menghasilkan garam berkualitas tinggi. Di sisi lain, pendekatan tradisional dilakukan oleh petani garam yang tinggal di pesisir pantai suatu wilayah. Mereka mengandalkan fasilitas sederhana dan sinar matahari untuk menguapkan air laut. Desa Dua Laus memiliki lahan tambak garam seluas 1.465,14 Ha, hasil kerjasama antara investor dan petani tambak garam. Setiap tahun, selama musim kemarau, mereka mampu menghasilkan lebih dari 80 ton garam per hektar lahan tambaknya. Tujuan penelitian untuk mempelajari teknik pengolahan garam yang digunakan di desa Dua Laus, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Propinsi NTT, mengkaji kualitas garam yang dihasilkan petani tambak garam rakyat di Desa Dua Laus, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Propinsi NTT, dan mempelajari permasalahan produksi garam rakyat di desa Dua Laus, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Propinsi NTT. Metode pengumpulan data, penulis menggunakan metode survey dan wawancara. Hasil penelitian adalah sistem pengolahan garam di Kabupaten Belu Desa Dua Laus masih bersifat tradisional dan belum bisa sampai pada sistem yang modern. Untuk kualitas garam yang dihasil berdasarkan uji laboratorium yaitu, warna gram dan NaCL. Sampel 1, 2 dan 3 berwarna merah (a) sampel 1 = 13,64, sampel 2 = 13,52, sampel 3 = 13,56 dan sampel 4 sebesar =70,25 lebih putih (L) dan kadar NaCI sampel 1 sebesar 72,10% , sampel 2 75,61% sampel 3 sebesar 77,80%, dan sampel 4 sebesar 76,56%. Petani garam menghadapi beberapa tantangan, seperti masih banyaknya produksi garam yang dilakukan secara konvensional, ketergantungan pada kondisi cuaca, dan belum terpenuhinya standar industri dalam hal kualitas garam.en_US
dc.description.sponsorshipYayasan Bina Patria Nusantaraen_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherFakultas Pertanian Universitas Tribhuwana Tunggadewien_US
dc.subjectGaram; Petani Garam; Warna Garam; dan NaCLen_US
dc.titleProses Produksi dan Variabilitas Mutu Garam Rakyat di Atapupu Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timuren_US
dc.typeThesisen_US
dc.identifier.nidnNIDN0027126501
dc.identifier.nidnNIDN0702088603
dc.identifier.nimNIM2017340019
dc.identifier.kodeprodiKODEPRODI41211#TEKNOLOGIINDUSTRIPERTANIAN


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

  • Skripsi [104]
    Skripsi Mahasiswa Program Studi S1 Teknologi Industri Pertanian

Show simple item record